Setelah beberapa lama aku vakum di dunia per-galau-an,
akhirnya aku memutuskan untuk kembali menuangkan apa yang aku rasakan ke dalam
sebuah tulisan
Aku, iya aku masih seperti biasa, dengan pribadi yang overthinking,
super panik, dan sedikit pribadi yang baru.
Mungkin hal ini muncul ketika aku sudah resmi ‘tidak’ dengan
yang dulu lagi. All is over, doi sedang abroad ke Belanda hehe
Yeah, beberapa bulan ini ada yang berbeda dari diriku. Benar,
ada sosok baru yang mulai masuk ke dalam hidupku.
Sosok itu sangat berbeda bahkan sangat berlawanan dengan
sosok yang dahulu hampir setahun mewarnai blog ini, hari-hariku, semua tangis
bombay ku (alay)
Dia adalah makhluk yang Allah kirimkan, hampir sesuai dengan
semua doa-doa yang selalu ku panjatkan.
Sebuah keajaiban, atau hanya sebuah kebetulan? Dia tidak
pernah menyebutnya dengan kebetulan, karena baginya semua sudah di gariskan
oleh Tuhan beriringan dengan segala alasan.
Dia seperti pena yang selalu menggoreskan daksa-daksa indah
yang tak mampu ku ungkapkan kembali dengan kata-kata.
Dia adalah bintang gemerlap di malam yang dingin dan peuh
dilema
Dia adalah senja yang selalu ku nanti di sore hari, hangat
tak dapat dirasa
Dia adalah candu, layaknya zat adiktif yang membuatku ingin
lagi dan lagi
Candu yang mampu membuatku meninggalkan semua hal-hal bodoh,
budak proker, budak event yang semester lalu sempat menyita waktu dan pikiranku
Layaknya ular berbisa, aku masih saja tidak bisa disembuhkan
Makhluk itu membuatku takhluk tak berdaya dipelukan
Akhir-akhir ini aku menemukan sesuatu yang berbeda dari diriku
Aku, aku yang dahulu sangat easy going untuk me-time kesana
kemari, bahkan hanya duduk diam membaca novel ecek-ecek dan sekedar memesan
kopi atau milk tea di sebuah caffe, yang tidak pernah malu untuk makan es krim
di Mall Malioboro sendirian hanya ditemani gadget, yang tidak pernah mengeluh
walaupun kesana kemari mengurus segala sesuatu yang sangat susah dan tak
kunjung usai, yang jika galau atau merasa tak enak hati hanya duduk bersimpu di
balik sajadah, yang tidak pernah mengeluh jika tidak bisa pulang berbulan-bulan
Aku, yang dulu tidak semelow dan secengeng ini jika harus
menyelesaikan sesuatu sendirian. Yang harus menjadi budak proker-event sampai
larut pagi tanpa di semangati. Semua beban dan masalah dengan enteng bisa
kuhadapi.
Entah, kemana aku yang dulu...
Lelah...
Mungkin diri ini sudah lelah sejak lama, namun ia takut
untuk berontak
Makhluk itu membuat raga ini nyaman, dengan semua perlakuan,
bantuan, dan hadirnya yang selalu mendatangkan ketenagan
Manja...
Lama-lama aku tidak tahan dengan diriku yang sekarang,
rasanya zona nyaman ini tidak pantas untuk ku dapatkan. Rasanya diri ini terbelenggu
oleh rasa nyaman yang semu, semakin lama semakin menyesakkan.
Diri ini menjadi semakin lemah, diri ini mulai tidak
terbiasa untuk dihantam baja keras dan panas.
Payah...
Rasa kecewa selalu muncul jika ia tak bisa memenuhi apa yang
aku butuhkan. Aneh, benar-benar hati ini tidak bisa diajak untuk berkompromi.
Kecewa dengan diri sendiri, terlalu lama aku memanjakan
hati, sehingga ia tak mau lagi untuk berbenah diri.
Kesalahanku yang selalu ingin kau utamakan, terlalu egois
jika sudah menyangkut dirimu.
Bahkan aku tidak suka kau nomor sekiankan, salah memang...
Tetapi ini semua tidak bisa dibiarkan,
Aku harus terus melangkah kedepan, pun dirimu
Semua ini fana, dan tak nyata di netra
Jalan mu masih panjang, susuri jalan itu dan jangan melihat
kebelakang
Mungkin kelak Allah akan mempersatukan kita di depan, bukan
sekarang :’)
Komentar
Posting Komentar